Asset Class: Stock/ Saham (Part 2)

Waktu baca: 10- 15 menit

Stock Index / Indeks saham gabungan

Index adalah indikator untuk mengukur pergerakan harga asset baik itu saham, obligasi atau asset alternatif seperti komoditi. Indeks saham terdiri dari saham saham yang merepresentasikan bursa saham itu.

Di bursa saham Singapura (Singapore Exchange) , ada 30 saham perusahaan terbesar di Singapura yang merepresentasi Strait Times Index

Dibawah ini adalah komposisi Strait Times Index dan persentasenya

Bursa efek Indonesia ada 671 saham representasi IDX Composite Index atau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau di website finasial luar negeri tertulis Jakarta Stock Exchange Composite (JKSE) dan 30 saham representasi IDX30 yaitu 30 saham terbesar di Bursa efek Indonesia.

Di negara paman Sam , ada beberapa indeks saham seperti S&P500 yang terdiri dari 500 saham perusahaan perusahaan terbesar di US, Dow Jones Industrial yang terdiri dari 30 perusahaan.

Indeks bisa disebut market atau pasar, jadi kalau ada berita , stock market atau pasar modal dunia turun hari ini , berarti berita ini mengacu kepada bursa indeks di negara negara di dunia pada umumnya.

Indeks saham juga bisa dijadikan benchmark metode standard pengukuran performa suatu portfolio saham yang meniru komposisi perusahaan perusahaan yang ada di indeks tersebut, portfolio inilah yang bisa dibeli oleh investor. Jadi kita sebagai investor tidak bisa membeli indeks seperti Strait Times Indeks , tetapi kita bisa membeli portfolio fund (Index Fund) yang meniru komposisi indeks tersebut baik dari segi perusahaan yang ada dan juga persentasenya. kalau di Singapura , investor bisa beli Nikko AM STI ETF kode ticker (G3B.SI) atau SPDR STI ETF (ES3.SI)

Industri dan sektor

Di saham part 2 saya sempat membahas mengenai indeks harga saham gabungan di suatu bursa saham, di dalam komponen bursa saham itu ada beberapa industri dan sektor (tergantung dari masing masing negara, ada industri yang dibawah sektor, ada sektor yang dibawah industri), tapi untuk simplenya kita gabungkan saja menjadi industri sektor

Sektor sektor yang ada di Bursa Efek Indonesia (Bursa Efek Jakarta) adalah sebagai berikut:

  • Pertanian
  • Pertamnbagan
  • Industri Dasar & Kimia
  • Aneka Industri
  • Industri Barang Konsumsi
  • Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan
  • Infrastruktur, Utilitas & Transportasi
  • Keuangan
  • Perdagangan, Jasa & Investasi

Sektor Sektor di Singapura seperti :

  • Finance
  • Industrial Services
  • Producer Manufacturing
  • Electronic Technology
  • Process Industries
  • Distribution Services
  • Consumer Services
  • Transportation
  • Consumer Non-Durables
  • Consumer Durables
  • Retail Trade
  • Non-Energy Minerals
  • Technology Services
  • Commercial Services
  • Energy Minerals
  • Communications
  • Health Services
  • Health Technology
  • Utilities
  • Miscellaneous

To be continued..

Asset Class: Bond (Obligasi)

Reading time: 15 – 20 menit

My name is Bond, not that bond

Sekarang kita membahas tentang bond atau obligasi, yang tak lain dan tak bukan adalah surat hutang yang dikeluarkan oleh pemerintah atau perusahaan.

Suatu perusahaan kalau lagi mau menambah kapital untuk membeli assets bisa melalui dua cara, yang pertama mengeluarkan surat hutang , yang kedua menjual saham mereka.
Sama seperti kalau kita beli rumah (asset pribadi), pertama kita minjem dari bank atau bisa juga kita patungan modal dengan saudara kita (menjual persentase kepemilikan rumah kepada mereka)

Bond Interest/ Kupon

Apakah yang kita dapatkan dari kepemilikan bond atau surat obligasi ini? Kita dapatkan fixed interest yang istilah di dunia keuangan adalah kupon (coupon) , bisa tiap tahun atau tiap 6 bulan sekali (2 kali setahun). Seperti fixed deposit jangka waktu 6 bulan atau 12 bulan.

Misalnya kupon bond ini 5 % kita beli 10 juta Rupiah ,kita setahun bisa mendapatkan 500 ribu rupiah , kalau dua kali setahun , setengah tahun pertama kita dapat 250 ribu dan setengah tahun berikutnya dapat 250 ribu lagi.

Kupon atau interest ini ada yang tetap ada yang step up interest dimana makin berjalannya tahun , makin tinggi bunga/ interest/ kuponnya.

Mungkin kita tergoda untuk memilih bond dengan kupon yang paling tinggi karena return investment kita makin besar, tapi jangan terlena dengan kupon atau bunga yang tinggi itu, karena makin tinggi kupon atau bunganya , berarti bond ini semakin risky. (risknya semakin besar).

Mari kita bahas tentang risk. Di dunia bond ini, risk pertama yang bisa dirasakan langsung oleh investor, yaitu default risk dimana perusahaan itu tidak bisa membayar kupon atau bunga pada tanggal jatuh tempo. Risk yang lebih tinggi lagi kalau investasi utamanya juga tidak bisa kita ambil lagi karena perusahaan bangkrut

Maturity

Bond ini juga ada maturitynya atau habis temponya. ada yang short term dibawah 1 tahun, mid term 3- 5 tahunan atau long term sekitar 10 sampai 20 tahun. ada yang sampai selama lamanya (namanya perpetual bond) yang tidak ada maturity datenya.

Biasanya makin lama maturitynya, makin tinggi kuponnya, karena investor harus diberi kompensasi karena berpisah dari duit mereka lebih lama, (Bond tidak bisa diambil sebelum jangka waktu atau maturitynya habis) jad lebih besar opportunity costnya, dan risknya lebih besar, karena makin lama jangka waktunya makin susah diprediksi ekonomi kedepan.

Government Bond vs Corporate Bond

Ada dua tipe bond dari segi organisasi yang mengeluarkan surat hutang itu. Yang pertama pemerintah dan kedua perusahaan.

Tentunya surat hutang yang dijamin pemerintah lebih kecil risikonya dibanding surat hutang yang dijamin oleh perusahaan.

Credit Rating

Kita bisa melihat kapasitas pemerintah atau perusahaan yang mengeluarkan surat hutang itu dari segi credit rating yang biasa dikeluarkan oleh Moody atau Standard or Poor yang merupakan credit rating agency.

Credit Rating itu mencerminkan credit worthiness dari peminjam (pemerintah atau perusahaan yang mengeluarkan surat hutang tersebut).

Credit rating biasanya ditulis dengan abjad ABCD , dengan AAA (standard & poor) atau Aaa (Moodys) adalah credit rating paling tinggi dengan tingkat kemungkinan default pembayaran kupon paling rendah).

Bond dengan Credit Rating AAA sampai BBB- bisa dikategorikan sebagai investment grade bond. sedangkan dibawah BBB- bisa dikategorikan sebagai junk bond (higher risk).

Bagaimana cara taunya bond ini aman atau tidak selain dari credit rating?

kita bisa menganalisa financial statement seperti income statement , balance sheet dan cash flow statement sama seperti kita menganalisa saham karena dari situ kita bisa tahu keuntungan perusahaan , kuat nya balance sheet dan cash flow mereka untuk bisa membayar kupon bond kita.

Sayangnya untuk membeli bond terutama bond dari suatu perusahaan biasanya perlu biaya besar, 1 lot bond 100 000 USD biasanya. Jadi biasanya buat high networth investors atau institutional investors.

Kalau untuk ritel investors seperti kita kita ini , kita bisa beli Bond fund dari mutual fund atau bond ETF. apa itu ETF dan mutual fund? nanti kita bahas lebih lanjut di postingan yang akan datang.

Ritel investors bisa juga membeli bond milih pemerintah (Singapore Saving Bond) atau Bond Bank Indonesia.

Bond biasanya tidak bisa diambil sebelum masa berlaku (maturity) habis, Singapore Saving Bond adalah pengecualian. Investor bisa kapan saja mengambil Principal investmentnya sebelum maturity.

Asset class: Fixed Deposit

Reading time : 5 menit

Sekarang mari kita lanjutkan pembahasan kita tentang asset class yang sudah saya beberkan di part 1

Yang pertama dan paling kecil risknya adalah bunga deposito atau fix deposit. pastinya kita sudah sangat familiar dengan ini. saat kita ke bank pasti ada tulisan bunga deposito dengan jangka waktu tertentu seperti 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun. Makin lama jatuh temponya makin besar bunganya, karena namanya opportunity cost. Kita ga bisa gunakan uang kita lebih lama buat beli bubble tea atau beli pisang goreng selamat setahun ya kita berhak donk dapet imbalan yang lebih besar.

Sekedar mengingatkan in case ada yang tidak tahu, kalau bunga deposito yang tertera di tembok kantor cabang bank bank itu hitungannya per tahun ya. kalo 1 bulan 4 % ya berarti kalau kita deposito 1 juta berarti bunganya 4 % x 1 juta / 12 bulan gitu hitungannya. jangan lupa dibagi 12 kalau 1 bulan. kalau 4 % sebulan bank bisa jadi bank(rut)

berikut ini snap shot deposito beberapa bank per tanggal 20 Mei 2020

Fixed deposit ini termasuk kategori risko yang paling kecil karena ada asuransi sampai nilai deposito tertentu in case banknya lagi dalam krisis depositonya ga hilang.

Basic Pengetahuan Investasi

Reading time: 10 – 15 menit.

Setelah menulis kebanyakan tentang personal finance, karena banyak permintaan untuk menulis tentang investasi maka ada baiknya kalau saya memulai topik ini.

Pertama, apakah namanya investasi? investasi itu mengesampingkan kesenangan saat ini untuk kebahagiaan masa depan. jadi daripada uangnya dipakai untuk membeli barang barang yang nilainya turun karena depresiasi seperti smart phone , mobil, tablet, lebih baik dipakai untuk membeli asset seperti saham company yang produksi smartphone , mobil atau tablet tersebut, karena kalau perusahaan itu fundamentally bagus , harga sahamnya bakal makin meningkat.

Investasi di asset asset class apa aja yang ada di dunia investasi itu

Traditional Investment:

  1. Fixed Deposit
  2. Stocks / Saham
  3. Bonds/ Obligasi

Alternative Investment:

  1. Mutual Funds/ Unit Trust / Reksa Dana
  2. Exchange Traded Funds (ETF)
  3. Hedge Fund
  4. Commodities
  5. Real Estate
  6. Derivative Products
  7. Cryptocurrency

Sebelum berinvestasi ada baiknya bagi kita untuk mengerti diri kita sendiri. Mari kita sama sama merenungkan hal hal di bawah ini:

  1. Investment Objective

Apakah objective dari Investasi kita ? apakah untuk masa pensiun, pendidikan anak atau untuk passive income ?

2. Investment Goal

Apakah tujuan kita berinvestasi? apakah untuk kapital apresiasi (capital gain) atau untuk dividend atau bunga?

3. Time Horizon (Jangka waktu)

Apakah jangka waktu kita ? untuk short term dibawah 2 tahun? atau medium term 3 sampai 5 tahun ? atau long term diatas 5 tahun ?

4. Risk Appetite (Keberanian untuk ambil risiko)

Apakah kita mau ambil resiko yang besar? atau takut ambil risiko (kalau harga turun 2 % dari harga awal , bisa ga tidur beberapa hari?)

5. Ability to take risk (Kemampuan ambil risiko)

Apakah kita mampu untuk ambil risiko? apakah emergency fund kita cukup untuk tidak menjual saham kita buat keperluan mendadak? karena kalau saham kita lagi merugi dan ada keperluan mendadak , kita terpaksa harus menjual saham kita dengan menanggung kerugian.

besar kecilnya kemampuan kita tergantung dari pemasukan dan pengeluaran kita masing masing dan status kita apakah kita punya tanggungan seperti kredit rumah, pengeluaran anak istri , atau kita single apalagi jomblo ga banyak pengeluaran justru bagus bisa punya kemampuan mengambil risiko.

kalau usia kita muda, kita lebih mampu mengambil risiko rugi karena jangka waktu investasi kita lebih panjang daripada kalau kita sudah berusia mendekati pensiun yang jangka waktu investasi kita relatif lebih pendek.

6. Pengetahuan investasi

apakah pengetahuan kita termasuk beginner, intermediate atau advance? investasi itu seperti mengemudi kendaraan bermotor. orang bilang risikonya besar , mereka benar, risiko besar kalau kita ga tau cara mengemudi seperti anak TK atau SD mau mengemudi motor kita juga ketar ketir. di investasi juga begitu, makin tinggi pengetahuan kita , makin kecil risiko untuk berinvestasi karena kita tau mana investasi yang cocok untuk kita.

7. Waktu untuk memonitor investasi kita

Seberapa banyak waktu kita untuk memonitor investasi kita? apakah kita punya waktu untuk menganalisa perusahaan yang sahamnya ada dalam short list kita?

sekian dari saya untuk topik ini. saya akan menelaah secara lebih detail asset class satu persatu.

Strategi Investasi Saat Terjadi Pandemi

Postingan ini agak panjang, butuh waktu 10 menit untuk membacanya1

Belakangan ini kalau kita membuka whatsapp, menonton berita TV, dunia sedang gundah gulana karena Corona virus yang mewabah di China dan lalu di beberapa negara di dunia. Dampaknya dirasakan langsung di sektor perekonomian, perdagangan, dan investasi saham di mancanegara terutama di China sendiri sebagai negara awal mula terjadinya wabah penyakit itu.

Untuk mengantisipasi penyebaran virus ini, perusahaan-perusahaan di China memperpanjang libur karyawan mereka. Beberapa kota di sana, seperti Wuhan, di mana pandemi ini berasal, ditutup (lock down). Tidak ada pergerakan orang dari atau ke luar kota Wuhan. orang-orang memilih tinggal di rumah dari pada berjalan-jalan dan berbelanja. Hal ini tentu langsung berdampak pada perekonomian China dan juga negara tujuan wisatawan China seperti Singapura dan Indonesia, yang juga menutup bandara mereka untuk turis asal China.

Pengaruhnya juga merembet ke bursan saham mancanegara. Sebagian besar bursa saham di dunia merah merona seolah-olah kompak menyambut hari raya Imlek. Lalu apakah strategi yang harus dilakukan? Mari kita lihat diagram di bawah ini, yang diambil dari Marketwatch article.

kita bisa lihat pada diagram di bawah, sebagian besar wabah penyakit tidak berdampak negatif terhadap performa stock market dunia. Semacam ada imunitas terhadap pandemi penyakit. Mungkin dalam jangka pendek, stock market mengalami penurunan, tetapi dalam jangka panjang stock market bisa rebound seperti sebelum ada pandemi corona.

Jadi apakah yang kita harus lakukan? Sebagai long term investor, kita mesti tetap hold stock yang kita miliki karena semua stock kita tentu sudah melewati proses analisa yang dalam sebelum kita membelinya. Dari segi finansial, perusahaan yang kita beli sahamnya cukup kuat diterpa badai apapun alias tahan banting.

Di saat pandemi seperti ini sebaiknya kita hindari panic sell karena mempunyai pandangan jangka panjang. Santai saja. Kalau kita panik, jangan lihat pergerakan stock kita. Bahkan mungkin kita malah berkesempatan membeli kalau harga stock sedang diskon. Kita juga bisa tambah portfolio dengan bond (sertifikat berjangka) yang lebih kecil risikonya. Bisa juga dengan membeli stock yang ada devidennya atau investing dengan metode Dollar Cost Averaging. Tetap semangat menambah investasi secara rutin setiap bulan walau pun stock kita naik atau turun.

Semoga bermanfaat dan salam cuan!

====================================

Investment Strategy during Pandemic

10-mins read

Apparently, Coronavirus is spreading not only physically but also online (the news, of course). WhatsApp, the daily news you read by phone or papers, even on the running text when you watch your favorite shows in the morning, Coronavirus is never missed to be read. Coronavirus is impacting the economic sector, trading, and stock investment all around the world, especially China, where the virus originated.

To anticipate the outbreak, companies in China extend their holidays. In some cities, like Wuhan, where the virus originated, are locked down. Nobody got out, not even to the market. People would rather stay at home than take a walk or go shopping. This fact certainly affects China’s economy and also any Chinese tourist’s travel destination, such as Singapore and Indonesia, that also closed the doors for Chinese tourists.

Worldwide stock market is also impacted. Most of the stock market is red, as if they are celebrating the Chinese New Year. Then what is the strategy? Let’s see the diagram below, which I adopted from Marketwatch article.

In the diagram below, most diseases don’t give a negative impact to the world market stock performance. They are “immune” to pandemic disease. In a short term period, probably, stock market decreases, but in the long term period, stock market can bounce back like before the pandemic Coronavirus.

This image has an empty alt attribute; its file name is mw-hy841_diseas_20200122175702_ns.png

So what should we do? As a long term investor, we should keep holding the stocks we own because all of our stocks certainly have been analysed thoroughly before we bought them. Financially, the company which their stocks we invest or about to invest is strong enough to withstand the storm.

Also, we should avoid panic sell because of long term vision. Be cool. If we panic, don’t see our stock movement. We might have a chance to buy stocks while they are on sale. We can make more portfolios with bonds (futures certificates) with lower risks. Or you can buy stocks that have dividends or invest with Dollar Cost Averaging method. Even though stock prices are up/down, be cool and invest more every month.

Happy investing!

Rule 72

Postingan pendek, hanya butuh 2 menit waktu untuk membacanya!

Pernah dengar tentang Rule 72?

Rule 72 sangat berguna untuk menghitung berapa lama modal kita menjadi dua kali lipat dengan prosentase keuntungan yang kita dapat per tahun.

Misalnya jika kita menanamkan uang kita (USD 1000) ke index fund seperti S&P 500 di USA dengan keuntungan rata-rata 9% per tahun annualised, maka dalam waktu 8 tahun (72/9) investasi kita bisa menjadi dua kali lipat (USD 2000). Harap diingat, Rule 72 ini sebagai hitungan kasar saja. Ada kalkulator finansial di internet yang bisa menghitung secara akurat berapa waktu yang dibutuhkan supaya investasi kita menjadi dua kali lipat dari semula.

Di bawah ini adalah illustrasi dari Rule 72

============================================

Rule 72

Short post, just 2 mins-read.

Have you ever heard of Rule 72?
Rule 72 is very useful to calculate how long our initial capital will go double. It is the multiplication of how long it takes to be double (in terms of year) and the profit percentage we achieve every year.

For example, if we invest (let’s say $1000) in an index fund like S&P 500 in the USA with average profit of 9%/year, then in 8 years period (72/9) our investment will be double ($2000). A gentle reminder, Rule 72 is a rough calculation. There is a financial calculator online that provides an accurate calculation of how much time needed for our initial investment to be double by key in the annual average return.

Below is the illustration of Rule 72.