Asset Class: Komoditas

Waktu membaca: 15 – 20 menit

Kita telah membahas mengenai traditonal investment seperti fixed deposit, saham, dan obligasi, dan juga beberapa investasi alternatif seperti fund, baik mutual fund, ETF atau hedge fund. Sekarang kita beralih ke investasi aleternatif lainnya yaitu komoditas.

Kegunaan

  1. Sarana Diversifikasi

Gunanya investasi di sektor komoditas ini adalah untuk diversifikasi , karena korelasi profit dari investasi komoditas terhadap profit dari saham atau obligasi kecil , sehingga kalau sektor saham dan obligasi turun, komoditas bisa saja malah naik. Maka dari itu salah satu komoditas yang biasanya dipakai oleh investor untuk hedging dan juga sebagai safe haven (aset yang lebih aman) adalah emas. Jika pasar saham lagi turun dengan drastis biasanya harga emas cenderung naik karena para investor memindahkan investasi mereka ke sektor komoditas emas.

2. Hedging terhadap inflasi

Dari segi ketahanan terhadap inflasi, komoditas terdiri dari 2 bagianKomoditas yang tahan terhadap inflasi adalah komoditas yang punya hubungan dengan siklus ekonomi seperti komoditas logam seperti emas, perak, platinum atau komoditas minyak karena kalau ekonomi lagi naik (booming) , biasanya inflasi naik (harga harga dan daya beli cenderung naik) dan barang barang bahan industri logam, minyak atau yang memiliki nilai jual / nilai tukar seperti emas cenderung naik. jadi dengan memiliki investasi di sektor komoditas yang tahan inflasi ini, nilai investasi kita ikutan naik seiring dengan kenaikan inflasi.

b. Non Inflation hedger

Komoditas yang harga atau nilainya tidak ikutan naik saat inflasi naik adalah barang barang komoditas non logam seperti pertanian seperti jagung , gandum dan sebagainya.

Laba dari investasi

Laba atau keuntungan yang bisa didapat oleh para investor komoditas ini hanya berupa keuntungan kapital saat menjual komoditas karena tidak ada dividen atau bunga dari investasi ini.

Cara Investasi

  1. Investasi secara langsung.

Kita bisa langsung membeli komoditas secara fisik , contohnya emas batangan atau beli emas dibank atau pegadaian, beli minyak berbarrel barrel dan disimpan di kapal tanker.

Cara lain untuk berinvestasi secara langsung adalah membeli kontrak opsi (option) atau kontrak berjangka (future) untuk suatu komoditas dan juga beli sertifikat atau tabungan emas juga dari bank atau pegadaian.

2. Investasi secara tidak langsung

Lalu bagaimanakah investasi secara tidak langsung itu?

Opsi pertama adalah dengan cara membeli saham dari perusahaan yang bergerak di sektor komoditas seperti contohnya Chevron , dan Exxon Mobil di sektor minyak , Newmont dan Barrick Gold di sektor penambangan emas dan lain sebagainya.

Opsi yang lain adalah dengan cara membeli fund seperti mutual fund atau ETF yang fokus berinvestasi di komoditas yang menjadi target investasi kita. Tetapi kita mesti tau komoditas ETF ini berinvestasi dimana? apakah fisikal produk komoditas , derivatif atau saham saham yang bergerak di bidang komoditas. Untuk lebih jelasnya silakan ke website morningstar seperti yang kita bahas di postingan mengenai ETF.

Contoh contoh Komoditas ETF:

  1. Emas ETF: SPDR Gold ETF (ticker: GLD) , atau iShare Gold Trust (ticker: IAU) , ETF ini berinvestasi langsung ke emas fisik.
  2. Minyak ETF: United State Oil (Ticker : USO) , ETF ini menggunaan derivatif atau turunan seperti kontrak berjangka atau future , jadi untuk jangka waktu pendek saja karena biayanya besar.
  3. Energy ETF : Vanguard Energy ETF (VDE), ETF ini terdiri dari portfolio saham saham perusahaan di bidang energi sektor seperti minyak dan gas

Kelebihan dan kekurangan setiap jenis investasi komoditas

  1. Tipe investasi komoditas fisik
    1. Kelebihan: Relatif lebih simpel , kita tinggal cari penjual dan langsung beli saja.
    2. Kekurangan: Banyak biaya tambahan yang harus diperhitungkan seperti biaya tempat penyimpanan, dan pemeliharaan (maintenance).
  2. Tipe investasi komoditas saham
    1. Kelebihan: lebih cair (mudah dijual belikan), lebih responsif terhadap event yang berkaitan dengan nilai perusahaan komoditas tersebut
    2. Kekurangan: performanya seperti pasar saham pada umumnya, jadi diversifikasi yang mestinya didapat oleh investor komoditas menjadi berkurang karena tidak terpapar langsung oleh dunia komoditas. dan juga ada risiko yang spesifik ke perusahaan komoditas tersebut , comtohnya jika harga komoditas seperti minyak dibawah biaya pengolahan atau penyulingan , maka nilai dari perusahaan penyulingan minyak itu menjadi rendah.
  3. Tipe investasi komoditi Reksa Dana atau Mutual fund
    1. Kelebihan: Lebih diversifikasi , cenderung lebih rendah biaya transaksi dibanding komoditas fisik
    2. Kekurangan: Beberapa biaya tambahan seperti yang pernah kita bahas di mutual fund atau reksa dana , kita juga bergantung kepada manajemen style dari fund ini dan strategi alokasi dana mereka.
  4. Tipe investasi komoditas kontrak berjangka (future)
    1. Kelebihan: mendapat keuntungan dari naik atau turunnya harga komoditas tanpa harus memiliki komoditas itu sendiri, tidak perlu keluar biaya penyimpanan dan maintenance.
    2. Kekurangan: lebih rumit, risikonya sangat besar, butuh leverage dan margin yang tinggi, mesti selalu roll over posisi kita untuk kontrak berjangka. tidak disarankan kecuali yang sudah punya pengalaman dan pengetahuan di produk derivatif seperti kontrak berjangka.
  5. Tipe investasi komoditas ETF
    1. Kelebihan: sangat mudah diperjualbelikan di bursa saham, sangat kecil biaya transaksinya
    2. Kekurangan: biasanya banyak menggunakan indeks future atau kontrak berjangka untuk mengukur performa ETF ini jadi cenderung mengikuti karakter komoditas kontrak berjangka pada umumnya.

Cara Menganalisa Komoditas

Karena komoditas itu tidak punya dividen dan juga tidak punya laporan keuangan, jadi tidak bisa dianalisa secara fundamental. Sehingga analisa komoditas biasanya dengan cara Technical Analysis dan juga bergantung pada berita berita yang berkaitan dengan komoditas tersebut.

Mungkin segitu saja untuk pengenalan mengenai komoditas ini. saya akan jabarkan waktu podcast mengenai asset class komoditas ini.

Terima kasih. Semoga berguna.

Asset Class: Hedge Fund

Butuh waktu membaca 2 menit

Sekarang saatnya kita bahas soal jenis fund lainnya yaitu Hedge Fund. Walau pun mirip dengan mutual fund, di mana fund manager mengatur dana dari para investor dan menginvestasikan di suatu asset class tertentu, tapi uniknya Hedge Fund Manager bisa punya fleksibilitas yang tidak dimiliki oleh Mutual Fund Manager: bisa leluasa menggunakan leverage, mengambil posisi short selling (jual saham yang harganya lagi tinggi dengan margin, lalu setelah harganya turun lalu dibeli kembali) , dan juga bisa jual beli produk derivatif.

Karena Hedge Fund Manager bisa lebih leluasa menggunakan strategi mereka termasuk menginvestasikan dana ke asset class yang relatif lebih tinggi risikonya dan lebih komplek. Maka dari itu, asset class Hedge Fund ini hanyak dibuka untuk accredited investors (investor yang terakreditasi), biasanya yang memiliki harta yang berlimpah (high networth), bukan untuk ritel investor.

Biasanya investasi di Hedge Fund ini termasuk investasi jangka panjang dan relatif rendah likuiditasnya (investor tidak bisa sewaktu waktu mengambil investasi mereka) karena ada namanya lock up period, jangka waktu di mana investor tidak bisa mengambi investasi mereka dan juga notice period di mana jangka waktu antara investor mengajukan penebusan investasi mereka hingga mereka mendapatkan uang investasi mereka.

Salah satu strategi dari hedge fund ini adalah market neutral di mana mereka membeli saham-saham yang murah (undervalue) dan menjual (short sell) saham-saham yang mahal (overvalue).

Keuntungan hedge fund ini salah satunya adalah diversifikasi aset karena lebih kecil korelasinya dengan pasar saham mengingat mereka bisa short sell dan menggunakan produk derivatif.

Salam cuan!

Asset Class: Exchange Traded Fund (ETF)

Butuh waktu baca 15 – 20 menit

Setelah membahas tentang mutual fund, marilah kita bahas jenis fund yang lain, merupakan saudara dekat dari mutual fund yaitu Exchange Traded Fund (ETF).

ETF mirip seperti mutual fund hanya diperdagangkan di pasar modal. Jadi kita bisa membelinya di bursa saham kapan saja selama bursa saham itu dibuka, seperti kita membeli saham biasa.

Keuntungannya sama pun seperti mutual fund yaitu diversifikasi dan juga sebagai akses untuk investasi di asset class, kawasan atau daerah tertentu.

Pada umumnya biayanya lebih rendah dari mutual fund, kecuali ETF yang lebih kompleks seperti Inverse ETF dan Leverage ETF.

Perusahaan terbesar yang mengeluarkan ETF:

  1. Vanguard – ETF yang dikeluarkan oleh Vanguard cenderung lebih murah dari ETF yang dikeluarkan oleh perusahaan lain.
  2. SPDR
  3. Invesco Power Share
  4. Black Rock’s Share – perusahaan penerbit ETF yang terbesar di dunia
  5. Schwab
  6. First State

Biasanya nama ETF di depannya terdapat nama perusahaan yang mengeluarkan diikuti asset class, strategi investasi, dan kawasan geografis dari ETF itu.

Tipe-tipe ETF

  1. Index ETF

Seperti pernah dibahas tentang Index Fund, index ETF ini merepresentasikan Indeks Pasar Modal dengan meniru atau kopian dari seluruh komponen saham di indeks pasar modal tersebut.

Berikut ini contoh-contoh Indeks ETF:

  • Strait Times Index (STI ETF ) yang dikeluarkan oleh SPDR (Ticker: ES3.SI) dan Nikko AM (G3B.SI)
  • S&P500 Index ETF. ada beberapa perusahaan yang mengeluarkan, Vanguard (VOO) , SPDR (SPY)
  • Nasdaq Index ETF: Ticker: QQQ
  • Dow Jones ETF: Ticker: DIA
  • Indonesia ETF: Ticker: IDX, EIDO
  • Emerging Market (negara-negara berkembang) ETF: EEM

2. Sector ETF

Untuk mendapatkan akses ke salah satu industri dan sektor, kita bisa berinvestasi di Sector ETF, terutama di pasar modal di Amerika. Beberapa contoh ticker yang depannya V, yang berarti dikeluarkan oleh Vanguard,yang cenderung lebih murah biayanya daripada perusahaan lain yang mengeluarkan ETF ini.

  • Industri Financial ETF : VFH, IYG
  • Industri Energy ETF : VDE, XLE
  • Industry bidang Teknologi ETF: XLK
  • Consumer Staples (industri sektor yang esensial – defensive stock atau non cyclical) ETF: XLP, VDC
  • Consumer Discret (industri yang cyclical atau non esensial) ETF: XLY, VCR.
  • Healthcare (industri kesehatan) ETF: XLV, VHT

3. Komoditas ETF

ETF ini spesifik untuk berinvestasi di asset class komoditas

Komoditas ada beberapa macam dan akan dibahas di lain kesempatan.

Contoh dari commodity ETF ini adalah sebagai berikut:

  • Gold ETF (GLD, IAU)
  • Oil ETF ( USO)
  • Silver ETF (SLV)

4. Bond/ Obligasi ETF

ETF dimana investor bisa mengakses beberapa obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah atau swasta

Contohnya:

  • Singapore Municipal Bond (Asian Bond Fund atau ABF)
  • 20 years US Treasury bond (TLT)
  • •Treasure Inflation Protected security (TIPS) ETF : TIP
  • Vanguard Total Bond Market ETF (BND) yang terdiri dari US investment grade bond.

5. Currency / Mata uang ETF

Untuk mengakses naik turun mata uang asing. seperti USD, Canadian Dollar atau Euro. Contohnya adalah UUP untuk memprediksi USD bakal naik dibanding mata uang dunia lainnya seperti Euro, Yen Jepang , Poundsterling Inggris atau Swiss Franc.

6. Inverse ETF

ETF ini untuk memprediksi suatu aset kemungkinan besar turun ke depannya. Seperti short selling di mana kita menjual saham yang tidak kita punyai di harga saat ini dengan “meminjam” saham dari broker, dengan bunga tentunya. Setelah sahamnya turun, kita beli saham itu di harga yang lebih rendah kemudian kita kembalikan saham yang kita miliki dengan bunganya ke broker. Short selling ini memakai akun margin. Sedangkan Inverse ETF ini tidak perlu akun margin karena ETF ini menggunakan future contract (kontrak berjangka).

Karena Inverse ETF menggunakan kontrak berjangka, maka biayanya lebih mahal dari ETF biasa.

Harap diingat untuk berhati-hati dalam membeli Inverse ETF karena penggunaan kontrak berjangka yang banyak memakan biaya, sehingga sebaiknya untuk investasi dalam waktu dekat (short term). Dan juga risikonya kalau aset itu naik, kita akan mengalami kerugian karena Inverse ETF ini baru untung kalau asset class yang kita “lawan” turun harganya. Kerugiannya bisa maksimal karena kenaikan indeks bisa tidak terbatas sedangkan penurunannya maksimal 0, walau pun tidak mungkin indeks saham harganya 0.

Contoh Inverse ETF:

  • Dow Jones Inverse ETF (DOG)
  • S&P Inverse ETF (SH)

7. Leverage ETF

ETF ini banyak digunakan oleh spekulator untuk memperbesar keuntungan mereka karena apapun untungnya dikali 2 atau 3. Tapi seperti Inverse ETF, Leverage ETF ini risikonya sangat besar karena selain biayanya besar, kerugiannya juga bisa 2 kali atau 3 kali lipat tergantung berapa pengalinya.

Contoh Leverage ETF adalah:

  • Dow Jones x2 (DDM)
  • Dow Jones Inverse x3  (SDOW)
  • Direxion Daily S&P 500 Bull 3X Shares ETF (SPXL)

Biaya-biaya

Kalau di mutual fund/Reksa Dana ada biaya pertahun (biaya manajemen) , di ETF ada biaya namanya Expense Ratio. Selain itu tidak ada biaya lainnya selain biaya broker karena investor bisa beli di bursa saham seperti saham lainnya

Detail informasi:

Sama seperti saham dan mutual fund, kita bisa melihat informasi melalui beberapa website finansial seperti yahoo finance, tetapi penulis biasanya menggunakan web Morningstar.com dan juga www.etfdb.com

Mari kita meluncur ke Morningstar website untuk melihat informasi mengenai ETF. Kita lihat sektor Finansial di US yang dikeluarkan oleh Vanguard (VFH). Kita bisa ketik di Google VFH “morningstar” dan akan keluar link untuk VFH ini.

Kolom Quote

Bintang 4 adalah rating morningstar berdasarkan performa ETF ini, disesuaikan dengan biaya dan risikonya. Rating morningstar berkisar antara 1 sampai 5.

Tampilan dan arti dari simbol-simbol disitu mirip seperti di Yahoo Finance yang telah kita jelaskan di Saham part 3.

$57.41 adalah harga ETF saat penutupan bursa saham. 1.92 adalah besar kenaikannya (3.46%)

NAV adalah Net Asset Value, nilai total asset saham atau obligasi di ETF dibagi jumlah saham ETF yang dijual di pasaran.

Bid/Ask adalah harga tawaran dari pembeli dan harga jual, spread adalah perbedaan antara bid dan ask.

Volume/Avg: jumlah volume perdagangan berapa jumlah saham ETF berpindah tangan hari itu dan rata -rata volume per hari.

Day dan Year range: harga kisaran ETF ini di perdagangan hari itu dan juga setahun terakhir.

SEC Yield adalah pendapatan investasi dibagi harga maksimal di hari terakhir perdagangan bulan itu.

12 month yield: pendapatan dalam setahun terakhir dalam bentuk dividen dan bunga dibagi NAV di bulan terakhir ditambahkan persentase keuntungan kapital.

Expense Ratio: biaya per tahun seperti biaya manajemen di mutual fund. Angka 0.10% berarti setiap $100 investasi, kita bayar 10 sen saja. Cukup murah dibanding biaya manajemen mutual fund sekitar 1-2 % per tahun.

Total Asset: total asset di ETF ini.

Kolom Performance

Di kolom performance kita bisa melihat performa ETF ini dibanding dengan performa indeks saham gabungan dan performa fund lain di kategori sektor yang sama dalam grafik visual.

Ada tabel dibawah grafik itu , yaitu total return % dari tahun ke tahun dari segi harga (price) dan net asset value (NAV) , – berarti performanya menurun dibanding tahun sebelumnya. YTD berarti dari awal januari sampai sekarang harga ETF-nya turun sebanyak -23.74%. .

+/- Category (NAV) dan + / – Index (price) perbandingan performa ETF ini dengan fund ketegori yang sama dan indeks saham gabungan dalam %, kalau – berarti performanya lebih rendah.

Kolom Risk

Di kolom risk (risiko) ini agak rumit , kita lihat perbandingan risiko ETF ini dengan fund ketegori yang sama dan indeks saham gabungan. Akan kita bahas secara garis besarnya saja.

Kita sudah membahas tentang Beta di pembahasan saham part 3 yaitu sensitivitas terhadap pergerakan harga indeks bursa saham Beta dibawah 1 berarti pergerakannya lebih kecil daripada pergerakan market.

Standard Deviation ini mengukur besarnya kisaran performa ETF ini. Makin besar Standard Deviasi makin besar risikonya (lebih volatile naik dan turunnya) , standard deviasi yang kecil berarti ETF ini performanya lebih stabil.

Sharp Ratio: Keuntungan investor dari setiap unit risiko. Dari risiko yang ada , berapa keuntungan yang didapat dari investor. Makin besar Sharp Ratio makin bagus.

Kolom Price

Di kolom price kita bisa lihat biayanya sama seperti yang ada di dalam kolom quote. Di sini bisa kita lihat expense ratio-nya 0.10%.

Kolom Portfolio

Pada Kolom Portfolio, kita bisa melihat lebih detail alokasi asset dari ETF ini, Style-nya apa (Value atau Growth stocks), expsoure (paparan), sektor dan region (kawasan), dan daftar saham saham aja yang ada di ETF ini.

Di sini VFH, karena finansial ETF, maka paparan sektor adalah sektor finansial, alokasi asset sebagian besar US Equity dan beberapa % Non US Equity , dengan kawasan terbesar adalah North America.

Dilihat dari peta style (Style Map), style investasi dari ETF ini adalah Value Large Capitalisation Companies jadi lebih ke arah perusahaan besar dan PE nya rendah.

Bagi kita sebagai investor yang sebagian besar investor ritel, lebih baik memilih aset investasi yang simpel dan murah tanpa memilih saham individu.

Maka dari itu Warren Buffet dan John Boggle pendiri Vanguard rekomendasi investor untuk investasi di S&P500 index fund dalam waktu yang panjang. Dan S&P500 ETF yang paling murah yaitu Vanguard S&P500 (VOO). Alasannya karena S&P 500 sebagai indeks psar modal tertua dan terbesar di dunia selalu akan naik dari dekade ke dekade. Mari kita buktikan dalam grafik dibawah ini.

Dari grafik di atas dari tahun 1980 sampai sekarang indeks pasar modal di US S&P500 akan selalu naik karena sampai saat ini Amerika Serikat masih menjadi pusat pasar finansial di dunia.

Di bawah ini grafik VOO (lebih pendek dari indeks saham S&P500 karena baru dikeluarkan pada tahun 2010)

Dan di bawah ini adalah detil informasi VOO di morningstar, bisa kita lihat Expense Rationya 0.03% jadi setiap $100 kita investasi, kita hanya membayar 3 sen. Sangat murah bukan?

Kita juga bisa memilih ETF berdasarkan situasi market dan strategi kita. Misalnya sekarang ada fear factor karena Covid, biasanya investor lari ke asset yang lebih aman seperti emas, daripada beli emas batangan yang butuh modal yang besar, kita bisa beli Gold ETF (GLD atau IAU).

Selamat belajar berinvestasi dan salam cuan!

Asset Class: Mutual Fund/ Unit Trust / Reksa Dana

Butuh waktu membaca 10 – 15 menit

Mutual Fund/ Unit Trust/Reksa Dana

Setelah membahas panjang lebar mengenai saham, mari sekarang kita melangkahkan kaki ke Asset Class lainnya yaitu Mutual Fund / Unit Trust atau Reksa Dana. Semua istilah ini sama artinya, hanya namanya aja yang berbeda, tergantung di negara mana kita berada. Istilah Unit Trust biasanya dipakai di Singapura, Mutual Fund biasa dipakai di negara seperti Amerika Serikat, Eropa dan banyak lagi, sedangkan Reksa Dana itu sendiri dipakai di Indonesia. Untuk sekarang ini kita sebut Mutual Fund saja ya karena lebih umum dipakai.

Definisi Mutual Fund

Adalah sekumpulan fund atau dana-dana dari para investor untuk diinvestasikan atau dibelikan saham, obligasi atau aset investasi lainnya. Mutual fund biasanya dikelola oleh fund manager dengan mandat atau strategi yang spesifik menurut jenis asset class, negara atau kawasan atau metode investasi tertentu. seperti US Large Cap Equity Fund dimana dana yang terkumpul diinvestasikan ke saham-saham dengan market capital yang besar di US.

Macam macam Mutual Fund

  1. Equity Fund (Reksa Dana Saham)
  2. Fixed Income Fund (Reksa Dana Obligasi)
  3. Money Market Fund (Reksa Dana Pasar Uang), di mana pasar uang ini adalah surat utang obligasi pemerintah dalam jangka yang sangat pendek, salah satu investasi yang sangat aman.
  4. Balance Fund (Campuran antara saham dan obligasi), dan masih banyak lagi jenisnya.

Cara Membeli Mutual Fund

Mutual Fund tidak diperjualbelikan di pasar modal, jadi hanya bisa dibeli di broker-broker tertentu seperti Fundsupermart (Singapura) atau biasanya kalau ada agen asuransi atau bank menawarkan investasi, biasanya investasi yang ditawarkan adalah reksa dana (mutual fund) ini.

Setelah mutual fund ini menginvestasikan diri ke saham-saham yang sesuai dengan strategi mereka setiap hari, jumlah nilai investasi mereka akan dibagi dengan jumlah saham mutual fund tersebut untuk mendapatkan Net Asset Value (NAV). NAV inilah yang digunakan sebagai harga beli (purchased) atau jual (redeem) mutual fund tersebut dalam satu hari. Harganya akan konstan karena tidak diperjualbelikan di pasar modal. NAV bakal ditentukan di setiap akhir perdagangan di hari itu.

Pendapatan investor mutual fund

Seperti yang sudah kita bahas di beberapa part di saham, pendapatan yang dinikmati oleh investor di saham adalah dividen dan profit karena kenaikan harga (capital gain). Mutual fund sebagai investor saham-saham tertentu juga akan mendapat dividen dan capital gain kalau mereka jual. Dividen yang diterima oleh mutual fund tadi akan didistribusi kan ke para investor dan kalau mereka jual, keuntungannya juga akan didistribusikan. Yang tidak didistribusikan adalah kenaikan harga aset yang belum dijual, secara tidak langsung akan menaikan NAV mutual fund itu. Kalau investor menjual mutual fund (redeem), mereka mendapat keuntungan dari kenaikan NAV mutual fund tersebut.

Keuntungan membeli mutual fund:

  1. Diversifikasi

Mutual fund menanamkan modal investasi mereka tidak hanya pada satu saham tetapi ke beberapa saham yang masuk dalam kriteria atau strategi investasi mereka. Jadi dengan berinvestasi ke mutual fund ini, secara tidak langsung kita membeli beberapa saham bukan satu saham. Lebih rendah risikonya dibanding membeli saham satu atau dua perusahaan saja karena jika saham 2 perusahaan ini turun maka portfolio kita turun semua. Tetapi jika ada 10 perusahaan di mutual fund, kalau 4 saham turun maka masih ada 6 yang naik.

2. Tidak bingung memilih saham apa yang mau dibeli

Dengan membeli mutual fund, kita tidak usah capek-capek menganalisa tiap perusahaan sebelum membeli saham. Kita tinggal pilih fund manager mana yang sesuai dengan strategi investasi kita saat ini.

3. Punya akses ke suatu kawasan atau asset class tertentu

Dengan membeli mutual fund , kita bisa mendapatkan akses suatu kawasan atau asset class tertentu, seperti saham perusahaan besar di Amerika (US Large Equity).

Kekurangan Mutual Fund

  1. Biaya (cost) tinggi

Kalau kita mau investasi di mutual fund, kita bakal dibebani dengan beberapa biaya seperti di bawah ini:

a. Sales atau komisi ke mutual fund manager

b. Biaya transaksi ke broker

c. Biaya manajemen biasanya dibayarkan per tahun 1- 2 % dari total investasi kita

Dan masih banyak biaya yang lainnya lagi. Prinsipmnya makin banyak organisasi yang berperan maka makin besar biayanya. Contohnya jika kita membeli asuransi dari bank, asuransi ini akan menggunakan uang kita untuk membeli investasi mutual fund. Banyaknya perantara akan menyebabkan biaya makin bertambah

Ada beberapa istilah yang perlu diketahui mengenai biaya sales atau komisi itu

a. Front Load – biasanya biaya ini dikenakan di awal kita membeli mutual fund (bisa sampai 5% dari total investasi kita)

b. Back Load – biaya akan dikenakan di akhir, saat kita menjual mutual fund ini.

c. No Load – tidak ada biaya sales yang dikenakan baik di awal atau di akhir.

2. Tidak banyak mutual fund manager yang mendapat keuntungan lebih besar dari indeks pasar modal.

Hanyak sekitar 15 % mutual fund manager dalam rentang 10 tahun yang bisa mengalahkan keuntungan atau kenaikan dari indeks pasar modal karena banyaknya biaya yang seperti dijabarkan di atas. Dan juga mereka harus memilih saham-saham untuk portfolio fund tersebut dengan membeli dan menjual saham (active investing), biaya transaksi mereka menjadi sangat tinggi dan pada akhirnya mengurangi keuntungan secara keseluruhan.

Siapa yang sebaiknya membeli Mutual Fund?

Walaupun banyak kekurangannya, kita bisa menimbang-nimbang untuk membeli mutual fund jika kita

  1. Kurang disiplin dalam mengatur keuangan, jadi kita “dipaksa” untuk menyisihkan uang kita untuk investasi di mutual fund
  2. Kita membutuhkan bantuan financial consultant atau advisor untuk mengatur keuangan kita . Biasanya financial consultant menawarkan investasi di mutual fund karena tidak banyak financial consultant yang mempunyai lisensi atau ijin menginvestasikan uang dari client mereka untuk membeli individual saham.

Cara menganalisa Mutual Fund

Kita bisa menganalisa mutual fund dari website www.morningstar.com seperti menganalisa saham. Di situ kita bisa melihat berapa rating-nya, biaya (fees), portfolio saham-saham di mutual fund itu, performa dalam beberapa tahun dibandingkan dengan indeks pasar modal, dan lain sebagainya.

Salam cuan!

Asset Class: Stock/ Saham (Part 4)

Waktu baca: 15 sampai 20 menit.

Sekarang marilah kita membahas berbagai tipe saham

Pertama berdasarkan ketahanan terhadap siklus ekonomi. Ada dua tipe:

1. Non Cyclical Stock(Defensive stocks )

Defensive stocks ini adalah kategori saham yang relatif lebih stabil untuk segala macam cuaca. Lebih tahan banting kalau lagi resesi, karena perusahaan perusahaan di industri ini memproduksi atau menjual produk produk konsumsi sehari hari yang konsumer selalu membutuhkan. Seperti makanan, minuman , odol, sabun, alat alat kesehatan. Karena siapa yang tidak butuh odol walaupun lagi resesi atau krisis moneter. Kalau mereka sakit tetap mesti ke dokter.

Saat ekoomi lagi sulit, saham saham industri yang non cyclical atau defensive ini performa nya lebih baik daripada saham saham industry yang cyclical.

Saham saham perusahaan itu contohnya Coca Cola, Johnson & Johnson, Colgate, P&G.

Karena saking stabilnya kadang kadang saham ini lumayan boring tapi bagus untuk dimiliki karena stabilitas harganya, kalaupun turun juga turunnya tidak sebanyak saham cyclical.

2. Cyclical stocks

Cyclical Stocks ini adalah kategori saham yang lebih fluktuatif, dan sangat bergantung pada situasi dan siklus ekonomi pada saat itu. kalau ekonomi lagi booming , orang orang pada membeli produk produk yang diproduksi dan dijual oleh perusahaan di industri ini, yang menyebabkan keuntungan perusahaan naik dan sahamnya juga ikutan naik dan kenaikan sahamnya melebihi sahan saham defensive.

Tapi hal sebaliknya juga berlaku saaat ekonomi lagi resesi, orang orang lebih menyimpan uang mereka atau membeli barang barang keperluan sehari hari daripada barang barang yang termasuk dalam kategori barang mewah, jadi pendapatan dan keuntungan perusahaan cyclical ini cenderung menurun dan sahamnya juga pada akhirnya akan turun lebih besar daripada penurunan saham defensive.

Saham saham cyclical ini seperti saham perusahaan otomotif (Ford, Ferrari), barang barang mewah (LV), perhiasan, jam tangan, handphone(APPLE), jasa travel, airlines (Singapore Airlines, AAL), tempat nongki (STARBUCKS) dsbnya.

Value Stock vs Growth Stock

Stock bisa dibagi menjadi dua berdasarkan seberapa cepat perusahaan itu untuk menaikan keuntungan mereka dari tahun ke tahun.

1.Growth Stock

Seperti namanya , growth stock ini adalah stock perusahaan yang perkembangan pendapatannya (revenue) bukan keuntungan(profit atau earning) naik dengan pesat dari tahun ke tahun, sehingga harga sahamnya juga naik dengan cepat dibanding dengan saham saham lainnya.

Growth stock biasanya banyak dari perusahaan perusahaan di bidang teknologi terutama teknologi yang sedang in seperti Amazon, Facebook, Shopify, Tesla dan lain lainnya.

Biasanya growth stock harga stocknya lebih mahal jika dilihat dari Price / Earning Ratio , Ratio harga saham dibanding keuntungan per saham, ini karena investor yakin perusahaan ini ke depannya bakal mendapatkan untung berlipat lipat dari waktu sekarang karena perusahaan itu masih berkembang.

Karena perusahaan ini masih berkembang , biasanya perusahaan dalam kategori growth stock ini tidak membagikan dividen karena semua keuntungannya ditahan untuk diputar lagi di bisnis mereka supaya lebih cepat berkembang, dan juga walapun mereka pendapatan nya berkembang cepat tapi banyak yang masih merugi karena mereka banyak pengeluaran terutama di bagian Research & Development – R&D. Seperti Tesla sudah lebih dari satu dekade masih merugi hanya beberapa kuartal terakhir mendapatkan keuntungan,

Biasanya perusahaan berkembang ini lebih risky karena kita ga tahu pendapatannya bisa berkembang sampai kapan dan kapan mereka mulai untung. Biasanya growth stock investor lebih ke mereka yang fokus untuk mendapatkan keuntungan modal bukan dividen.

2. Value Stock

Berlawanan dengan Growth Stock , Value stock adalah stock dari perusahaan yang pertumbuhan pendapatan dan keuntungan relatif lebih lambat dari Growth stock tapi konsisten dari tahun ke tahun atau dari dekade ke dekade. Perusahaan value stock ini biasanya sudah sangat besar ukurannya jadi mereka susah berkembang, jadi biasanya mereka membagikan keuntungannya ke investor sebagai dividend (tidak banyak keuntungan yang ditahan untuk diputar di bisnis mereka – dividend payout ratio nya besar ) .

Karena pertumbuhan pendapatan (sales atau revenue) nya cukup lamban dan keuntungannya konsisten dan stabil , maka biasanya perusahaan ini Price / Earning rationya kecil (dibawah 10 – 15 an) . contohnya IBM , Citibank, dan perusahaan perbankan di US dan di Singapura (DBS, OCBC, UOB)

Biasanya Value stock investor mereka yang lebih fokus mendapatkan dividend dari tahun ke tahun daripada keuntungan modal.

Perusahaan yang awalnya growth stock lama lama setelah menjadi besar akan berevolusi menjadi Value Stock karena pertambahan pendapatan dan keuntungan mereka tidak secepat waktu mereka masih perusahaan kecil contohnya Apple dari P/E sekitar ratusan , sekarang sekitar 20 an .

Cara cara menganalisa saham

Ada 2 ajaran ada atau dua kubu yang berbeda dalam menganalisa saham. Masing masing mengakui kubu merekalah yang paling baik. tapi ada baiknya menggabungkan dua analisa ini untuk hasil yang lebih optimum.

1. Fundamental Analysis.

Fundamental Analysis adalah analisa saham yang menitikberatkan pada faktor ekonomi makro, industri sektor , dan juga detil analisa perusahaan termasuk laporan keuangan perusahaan serta manajemen perusahaan itu sendiri. konsep dari fundamental analisis ini adalah menemukan perusahaan yang kuat balance sheetnya, untungnya stabil dan konsisten atau naik terus , trend industrinya lagi naik , managementnya bagus , baru membeli saham itu seperti yang saya diskusikan dalam part 1.

2. Technical Analisis

Technical Analisis adalah metode analisa saham dengan menggunakan grafik harga harga saham saat ini dan masa yang lampau, dengan rentang waktu tertentu , bisa dalam jam, hari, minggu , bulan , atau tahunan. Konsepnya adalah sejarah akan terulang kembali, jadi trend harga saham akan berulang, jadi kita menggunakan grafik harga harga di masa lalu untuk memprediksi harga harga saham yang akan datang.

S&P 500 Index Chart

Seperti saya sebutkan diatas , kalau ada baiknya menggabungkan dua konsep atau ajaran itu untuk hasil yang lebih optimum karena fundamental analisis untuk memilih saham mana yang bagus untuk dibeli dan apakah harganya dibawah fair value atau nilai intrinsik atau relatif lebih murah dibanding kompetitor mereka di industri yang sama.

Sedangkan technical analisis itu untuk patokan timing kapan saat yang tepat membeli saham yang sudah kita pilih atau shortlist, jangan sampai kita melawan arus momentum, momentumnya lagi turun, kita beli , jadi kita harus menunggu waktu yang lama untuk harga nya kembali ke harga beli kita untuk balik modal dan dapat untung.

Saya sendiri adalah penganut Fundamental Analisis karena background saya dari Chartered Financial Analyst atau CFA, jadi lebih banyak belajar mengenai ekonomi makro dan analisa keuangan perusahaan sebelum membeli saham. Sekarang saya lagi belajar mengenai Technical Analisis untuk melengkapi ilmu saya.
Sekian dulu dari saya. Mungkin part 4 ini adalah terakhir untuk saham kecuali ada tambahan yang saya kepikiran.

Asset Class: Stock/ Saham (Part 3)

Waktu baca: 10- 15 menit

Hari ini kita lanjutkan pembicaraan kita tentang saham, terutama cara bagaimana melihat atau mencari informasi tentang saham, dan informasi apa saja yang tertera di situ

Kita bisa melihat informasi detail mengenai saham kita di website website atau apps di handphone di bawah ini:

  1. Yahoo Finance (website & phone app)
  2. Bloomberg (website & phone app)
  3. Investing.com (website & phone app)
  4. Reuters (website & phone app)
  5. Morningstar(website)
  6. Msn Money (website & phone app)

Sekarang marilah kita meluncur ke Yahoo Finance website sebagai salah satu website untuk melihat informasi tentang suatu perusahaan yang menjual sahamnya di bursa saham tertentu. basicnya sama untuk website website yang lain, mungkin beda tampilan atau parameter yang ditampilkan.

di kolom search masukkan nama perusahaan yang mau kita cari misalnya Apple

mari kita bahas satu satu apa sih komponen itu.

APPL itu nama ticker atau simbol di bursa saham terutama di US stock exchange, biasanya bervariasi dalam jumlah huruf, 1 huruf C (Citibank) V (Visa) , dua huruf GS (Goldman Sach) , 3 huruf JP Morgan (JPM) , 4 huruf APPL (Apple), Microsoft (MSFT).

Kalau di bursa saham lainnya terdiri dari huruf dan angka dan dibelakangnya ada titik diikuti dengan singkatan negara itu seperti di Singapore Exchange , Singtel tickernya Z74.SI , Si disini adalah singkatan dari Singapore.

Begitu juga Bank Central Asia , tickernya BBCA.JK , JK disini singkatan dari Jakarta.

kita balik ke Apple deh karena BCA angkanya banyak, susah ditulis dan dibaca.

This image has an empty alt attribute; its file name is image.png

Nasdaq : stock exchange dimana Apple ini listed.

335.90 at close : Harga saham saat bursa saham ditutup hari itu

-16.94 (-4.80%) : angka negatif dan merah berarti dia turun 16.94 point dari harga penutupan hari sebelumnya dengan presentase turun sebesar 4.80 %. . Karena pasar modal ini mengikuti prinsip ekonomi demand dan supply , kalau turun berarti lebih banyak penjual daripada pembeli.

340.73 +4.83 (+1.44%) : ini harga setelah penutupan market, dimana jual beli saham berlangsung di Electronic Communication Network (ECN) bukan di pasar saham traditional) . Warna hijau dan positif berarti harganya naik 4.83 point terhadap harga penutupan hari itu (335.90) persentase kenaikan 1.44%.

Previous Close : Harga saham penutupan hari sebelumnya 352.84 (vs hari ini 335.90)

Open: Harga disaat pasar dibuka

Bid : harga dimana pembeli menawar dari penjual saham untuk saham tersebut

Ask: harga dimana penjual menjual sahamnya

Day’s Range : Harga kisaran stock hari itu , di sebelah kiri menunjukan harga paling redah dan sebelah kanan adalah harga paling tinggi.

52 weeks’ range : Harga stock dalam 52 minggu terakhir, di sebelah kiri menunjukan harga paling redah dan sebelah kanan adalah harga paling tinggi.

Volume: Jumlah penjualan saham hari sebelumnya (Kalau pasar modal sudah ditutup) atau volume hari itu (kalau perdagangan saham masih berlangsung)

Average Volume: Jumlah penjualan rata rata saham dalam waktu 3 bulan terakhir.

Market Capitalization (Market Cap): Menunjukan seberapa besar perusahaan ini di pasar modal. Market cap ini adalah perkalian harga saham dan jumlah total saham yang dijual di pasar modal (Outstanding).

Beta : Ukuran volatility (pegerakan) saham itu, seberapa besar naik turunnya saham itu , makin besar betanya makin volatile atau cepat pergerakan naik dan turunnya, sedangkan makin kecil betanya berarti saham itu relatif stabil. Beta = 1 adalah beta index pasar modal. jadi kalo lebih kecil dari 1 misalnya 0.8 , berarti kalau indeks pasar modal naik 1 point, saham ini naiknya 0.8 point jadi lebih stabil daripada market. jadi kalau naik tidak naik banyak tapi kalau turun juga tidak turun banyak. Begitu juga kalau Beta = 1.2 , berarti saham ini tidak sestabil indeks pasar , jadi kalau indeks pasar naik 1 point, saham ini naek 1.2 point begitu pula kalau indeks pasar turun 1 point , saham ini turun 1.2 point

PE Ratio (TTM) : Price to earning ratio TTM , rasio harga saham per lembar dengan keuntungan (profit) per lembar saham. Sedangkan TTM adalah Twelve Traded Month jadi 12 bulan terakhir. Rasio ini untuk patokan apakah harga saham ini mahal atau tidak. Makin besar PE ratio makin mahal saham itu. Seperti yang saya bahas di part 2, value company biasanya PE rationya kecil sedangkan growth company biasanya PE rationya tinggi. Kalau PE nya 10 , misalnya perusahaan itu tidak berkembang (keuntungannya tetap $1 bertahun tahun ke depan) , jika kita beli saham seharga $10, dan keuntungannya $1 maka kita butuh waktu 10 tahun untuk breakeven atau balik modal yang di investasikan $10 tadi. Jadi kalau PE 100 berarti kita butuh 100 tahun untuk balik modal kecuali perusahaan itu bisa menaikan keuntungan mereka 100 kali lipat di beberapa tahun kedepan. makanya biasanya growth company investors mau membayar kelipatan PE yang tinggi karena mereka percaya company ini bakal untuk berlipat ganda dalam waktu ke depannya.

PE ratio yang optimum berkisar antara 10 sampai 20. di bawah itu termasuk murah, diatas itu termasuk cukup mahal. apalagi kalau jauh dari itu.

EPS : Earning per share dimana keuntungan atau profit perusahaan dibagi jumlah total saham yang diperdagangkan di pasar modal (Share outstanding).

Earning date: tanggal dimana perusahaan itu mengumumkan laporan keuangan laba rugi di kuartal tersebut. Biasanya ada estimasi keuntungan yang dikeluarkan oleh para analyst saham. Jika di hari itu perusahaan mengumumkan keuntungan melebihi estimasi para analyst biasanya sahamnya akan naik. begitu juga sebaliknya. tapi juga tergantung dari penjualan nya turun atau tidak terhadap penjualan di kuartal sebelumnya atau kuartal yang sama tahun lalu.

Forward dividend yield: dividend yield sendiri adalah rasio dividend tiap saham dibanding (dibagi) harga saham per lembar. Jadi forward dividend yield adalah dividend di tahun yang akan datang dibagi harga saham saat ini.

Ex Dividend date: tanggal dimana batas akhir pendaftaran pemegang saham, setelah tanggal ini, investor yang membeli saham perusahaan itu tidak akan mendapat dividend , tapi biasanya harga saham bakal turun kira kira sebesar dividendnya bisa kurang bisa lebih, agar pemegang saham baru mendapat keadilan (ga dapat dividend tapi dapat harga yang lebih murah).

1 year estimate target: target harga saham yang dirilis oleh para analyst saham untuk satu tahun ke depan. harga ini adalah estimasi jadi untuk bahan referensi saja belum tentu benar karena kita tidak tau apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Grafik yang ada di kanan adalah grafik trend harga saham, kita bisa ganti ganti jangka waktunya ada yang 1 hari (1D), 5 hari atau seminggu karena pasar modal libur sabtu dan minggu (5D), 1 bulan (1M) , YTD itu year to date jadi dari tanggal 1 Januari tahun ini sampai sekarang , 1 tahun (1Y) , dan max( maksimum tren jangka waktu dari sejak perusahaan ini IPO sampai sekarang). Kalau kita mau lihat dan bermain main dengan chart bisa diklik kolom Chart disebelah company outlook.

Kita bisa lihat lihat kolom lainnya untuk statistic data keuangan perusahaan, historical (sejarah) harga saham di waktu yang lalu, profil perusahaan itu siapa managementnya, ini penting karena kita mesti tau perusahaan yang kita mau investasi, bergerak dibidang apa , siapa managementnya , karena dari situ kita bisa tau apakah bidang atau industry itu bakal booming atau menurun kedepannya. Kolom Finansial itu adalah kolom dimana kita bisa lihat tentang detail laporan keuangan perusahaan tersebut.

Sekian dulu untuk sahamnya. Nanti dibahas lebih detail lagi di waktu yang akan datang. Selamat belajar dan berinvestasi.

Asset Class: Stock/ Saham (Part 2)

Waktu baca: 10- 15 menit

Stock Index / Indeks saham gabungan

Index adalah indikator untuk mengukur pergerakan harga asset baik itu saham, obligasi atau asset alternatif seperti komoditi. Indeks saham terdiri dari saham saham yang merepresentasikan bursa saham itu.

Di bursa saham Singapura (Singapore Exchange) , ada 30 saham perusahaan terbesar di Singapura yang merepresentasi Strait Times Index

Dibawah ini adalah komposisi Strait Times Index dan persentasenya

Bursa efek Indonesia ada 671 saham representasi IDX Composite Index atau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau di website finasial luar negeri tertulis Jakarta Stock Exchange Composite (JKSE) dan 30 saham representasi IDX30 yaitu 30 saham terbesar di Bursa efek Indonesia.

Di negara paman Sam , ada beberapa indeks saham seperti S&P500 yang terdiri dari 500 saham perusahaan perusahaan terbesar di US, Dow Jones Industrial yang terdiri dari 30 perusahaan.

Indeks bisa disebut market atau pasar, jadi kalau ada berita , stock market atau pasar modal dunia turun hari ini , berarti berita ini mengacu kepada bursa indeks di negara negara di dunia pada umumnya.

Indeks saham juga bisa dijadikan benchmark metode standard pengukuran performa suatu portfolio saham yang meniru komposisi perusahaan perusahaan yang ada di indeks tersebut, portfolio inilah yang bisa dibeli oleh investor. Jadi kita sebagai investor tidak bisa membeli indeks seperti Strait Times Indeks , tetapi kita bisa membeli portfolio fund (Index Fund) yang meniru komposisi indeks tersebut baik dari segi perusahaan yang ada dan juga persentasenya. kalau di Singapura , investor bisa beli Nikko AM STI ETF kode ticker (G3B.SI) atau SPDR STI ETF (ES3.SI)

Industri dan sektor

Di saham part 2 saya sempat membahas mengenai indeks harga saham gabungan di suatu bursa saham, di dalam komponen bursa saham itu ada beberapa industri dan sektor (tergantung dari masing masing negara, ada industri yang dibawah sektor, ada sektor yang dibawah industri), tapi untuk simplenya kita gabungkan saja menjadi industri sektor

Sektor sektor yang ada di Bursa Efek Indonesia (Bursa Efek Jakarta) adalah sebagai berikut:

  • Pertanian
  • Pertamnbagan
  • Industri Dasar & Kimia
  • Aneka Industri
  • Industri Barang Konsumsi
  • Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan
  • Infrastruktur, Utilitas & Transportasi
  • Keuangan
  • Perdagangan, Jasa & Investasi

Sektor Sektor di Singapura seperti :

  • Finance
  • Industrial Services
  • Producer Manufacturing
  • Electronic Technology
  • Process Industries
  • Distribution Services
  • Consumer Services
  • Transportation
  • Consumer Non-Durables
  • Consumer Durables
  • Retail Trade
  • Non-Energy Minerals
  • Technology Services
  • Commercial Services
  • Energy Minerals
  • Communications
  • Health Services
  • Health Technology
  • Utilities
  • Miscellaneous

To be continued..

Asset Class: Stocks/ Saham (Part 1)

reading time: 10 – 15 menit

US Index update from Bloomberg

Yaks sekarang saatnya membahas asset class yang sangat populer (on demand) yaitu stock atau Bahasa Indonesianya saham. Karena banyak yang mesti dibahas, kita bagi dalam beberapa bagian

Waktu kita bahas mengenai bond, saya bahas tentang bagaimana suatu perusahaan mendanai pembelian asset mereka, ada dua cara yaitu dengan mengeluarkan bond , dan mengeluarkan saham.

Pertama-tama apakah itu stock? bedanya stock sama share apa?

Stock atau saham itu adalah sertifikat kepemilikan suatu perusahaan. Jadi kalau suatu perusahaan itu mengeluarkan saham berarti dia memecah kepemilikan perusahaannya dan bagian pecahan itu namanya shares sedangkan kepemilikan keseluruhan suatu perusahaan itu namanya stock.

Sebagai contoh, saya punya kios es durian dan saya butuh uang untuk membuka cabang es durian saya , saya punya dua pilihan , minjam uang (dari bank) itu namanya loan, tapi bank biasanya lebih strict , kalau ga bisa bayar cicilan , kios saya bisa diambil, makanya saya bisa punya pilihan lain mengeluarkan surat hutang, dan pilihan lainnya memecah kepemilikan kios saya ke teman teman saya. Misalnya es durian Inc saya valuenya 100 juta, saya pecah saya kasih ke teman saya A 10% , B 10% jadi tiap orang punya senilai 10 juta saham Es Durian Inc yaitu 10% dari total kepemilikan, saya sendiri punya 80 % masih pemegang saham mayoritas.

Nanti kalau untung saya punya dua pilihan , apakah ditahan untuk diputer membesarkan bisnis saya atau dibagi sebagai dividend atau dua duanya (sebagaian dibagi sebagai dividend sebagian ditahan , namanya sisa laba ditahan atau retained earning).

Kalau dibagi sebagai dividend si A dan B dapat dividend 10% dari total dividend yang dibagikan.

Setelah 2 tahun Es Durian Inc saya valuenya 1Milyar Rupiah. Jadi nilah saham yang dipegang si A dan B dari 10 juta jadi 100 juta.

Setelah 4 tahun Es Durian Inc saya bankrut karena kena Covid orang takut durian bikin panas dalam terus sakit tenggorokan dibilang Covid jadi ga ada yang mau Durian lagi. Value perusahaan saya jadi 0 . Dan si A dan B ingin uang 10 juta nya balik…

Tidak semudah itu Ferguso ! Nilai sahamnya mereka adalah 0 karena apa ? Karena 0 dibagi 2 atau 4 atau sejuta tetep aja 0 Bambang !

Jadi pelajaran yang bisa dipetik dari cerita itu, saham itu risknya lebih besar dari bond atau fixed deposit, karena kita bisa kehilangan semua investasi kita kalau tidak berhati hati memilih saham perusahaan yang bermutu karena dengan memiliki sertifikat kepemilikan perusahaan itu secara tidak langsung kita ikut serta dalam keuntungan atau kerugian perusahaan tersebut.

Jadi mindset kita kalau membeli saham perusahaan adalah membeli bisnis itu (seperti kata Warren Buffet , membeli saham bukan hanya sekedar membeli saham di stock market tapi membeli bisnis itu sendiri) jadi kita mesti melihat dari segi perusahaan itu secara keseluruhan apakah profitable , stabil secara keuangan dsbnya.

Seperti mengendarai kendaraan, makin kita trampil mengemudi , semakin kecil risikonya, jadi ada baiknya kita belajar bagaimana cara menganalisa saham itu, nanti saya bahas di topik tentang analisa keuangan suatu perusahaan di artikel yang akan datang.

Common Shares vs Preferred Shares

Shares sendiri bisa dibagi dua, preferred shares dan common shares. Preferred shares itu dividennya tetap (fixed), tapi tidak bisa ikut ambil bagian dari keuntungan atau kenaikan nilai perusahaan. 
Common shares itu dividennya bervariasi tergantung keuntungan atau kenaikan nilai perusahaan.

Ketika ada klaim perusahaan kalau bangkrut, urutan klaim atas asset ada ditangan pemegang bond, lalu pemegang preferred shares dan setelah itu pemegang saham umum (common shares).

Cara membeli saham

Bagaimana cara membeli saham?

Ada dua cara, melalu pasar premier (Primary market) atau pasar sekunder (Secondary market)

Primary Market itu melalui Initial Public Offering (IPO) dimana perusahaan mulai menjual saham pertama mereka ke publik. Biasanya yang IPO adalah perusahaan perusahaan startup yang owner atau investor awal mau keluar dari investasi awal mereka , makanya dijual ke publik. bisa juga untuk expansi bisnis mereka.

Menurut saya pribadi lebih baik menghindari IPO ini karena sebagian besar perusahaan yang baru IPO harga sahamnya turun beberapa hari setelah IPO (mediannya turun 31 % dari harga IPO dari data IPO semenjak 1980), kenapa? karena alasan di paragraf sebelum ini, ada investor awal yang keluar dari investasi mereka atau memotong kerugian di investasi mereka. Dan juga perusahaan yang IPO biasanya hanya memiliki data keuangan tidak sampai 5 tahun jadi kita tidak bisa punya track record mereka untuk jangka waktu yang panjang untuk melihat apakah perusahaan itu stabil profitnya.

Secondary Market

Kita bisa membeli saham di secondary market yaitu stock exchange atau bursa saham. Setiap negara besar dengan ekonomi yang cukup dewasa (matured economy) memilik bursa saham seperti Singapore Exchange (SGX) , Jakarta Stock Exchange, Hang Seng Hongkong, New York Stock Exchange (NYSE). Bursa Malaysia dsbnya.

Untuk membeli saham kita harus mempunyai trading account dari stock broker yang melayani jual beli saham di exchange yang kita inginkan.

Untuk Singapore , kita juga harus memiliki Central Depository (CDP) account untuk menyimpan saham kita disitu. Kita bisa apply CDP account sendiri atau lewat stock broker kita. Kecuali trading account kita dibawah custodian , kita ga perlu punya CDP account karena saham kita atas nama broker kita bukan atas nama kita.

Untuk komisi stock broker relatif sama sekitar SGD 25 untuk minimal komisi atau 0.28% dari total nilai transaksi kecuali ada promosi seperti LimTan SGD 10.

Di SGX kita bisa beli saham minimal satu lot yaitu 100 saham, kalau di US , kita bisa beli satu saham karena harga saham di sana relatif mahal (Amazon sekitar USD 2,000 – 2,500) kalau beli 100 rasanya berat ya, seberat beban hidup ini cieh.

Capital Gain vs Dividend

Ada dua jenis keuntungan atau return yang diharapkan oleh investor ketika mereka membeli saham suatu perusahaan seperti yang saya diskripsikan di cerita Es Durian inc.

1.Capital Gain atau keuntungan modal, dimana harga saham saat ini lebih tinggi daripada harga saham waktu kita beli.

Capital gain sendiri ada dua, realised dan unrealised capital gain. Realised itu keuntungan kapital saat kita menjual saham kita saat ini. Unrealised capital gain adalah keuntungan kapital kita di atas kertas , bukan berupa uang karena kita tidak menjual saham kita dan mendapatkan uang hasil penjualannya.

Di beberapa negara , Capital gain terkena pajak tapi biasanya lebih kecil dari pajak untuk bunga (interest) atau dividend. Di Singapura Capital gain tidak dikenai pajak.

2. Dividend

Dividend atau pembagian hasil biasanya dibagikan setiap tahun, dua kali setahun (6 bulan) atau setiap kuartal. Suatu perusahaan biasanya membuat aturan untuk membagikan dividend yang konsisten dan stabil , atau naik perlahan lahan setiap tahunnya. Karena dividend yang konsisten memberi image kalau keuntungan tiap tahun stabil atau naik secara berkala.

Suatu perusahaan yang memberi dividend lebih kecil daripada dividend sebelumnya , biasanya diikuti oleh turunnya harga saham karena pasar tidak percaya lagi dengan kemampuan perusahaan tersebut dalam mendapatkan keuntungan.

Sekian dulu bagian pertama (Part 1) to be continued.

Asset Class: Bond (Obligasi)

Reading time: 15 – 20 menit

My name is Bond, not that bond

Sekarang kita membahas tentang bond atau obligasi, yang tak lain dan tak bukan adalah surat hutang yang dikeluarkan oleh pemerintah atau perusahaan.

Suatu perusahaan kalau lagi mau menambah kapital untuk membeli assets bisa melalui dua cara, yang pertama mengeluarkan surat hutang , yang kedua menjual saham mereka.
Sama seperti kalau kita beli rumah (asset pribadi), pertama kita minjem dari bank atau bisa juga kita patungan modal dengan saudara kita (menjual persentase kepemilikan rumah kepada mereka)

Bond Interest/ Kupon

Apakah yang kita dapatkan dari kepemilikan bond atau surat obligasi ini? Kita dapatkan fixed interest yang istilah di dunia keuangan adalah kupon (coupon) , bisa tiap tahun atau tiap 6 bulan sekali (2 kali setahun). Seperti fixed deposit jangka waktu 6 bulan atau 12 bulan.

Misalnya kupon bond ini 5 % kita beli 10 juta Rupiah ,kita setahun bisa mendapatkan 500 ribu rupiah , kalau dua kali setahun , setengah tahun pertama kita dapat 250 ribu dan setengah tahun berikutnya dapat 250 ribu lagi.

Kupon atau interest ini ada yang tetap ada yang step up interest dimana makin berjalannya tahun , makin tinggi bunga/ interest/ kuponnya.

Mungkin kita tergoda untuk memilih bond dengan kupon yang paling tinggi karena return investment kita makin besar, tapi jangan terlena dengan kupon atau bunga yang tinggi itu, karena makin tinggi kupon atau bunganya , berarti bond ini semakin risky. (risknya semakin besar).

Mari kita bahas tentang risk. Di dunia bond ini, risk pertama yang bisa dirasakan langsung oleh investor, yaitu default risk dimana perusahaan itu tidak bisa membayar kupon atau bunga pada tanggal jatuh tempo. Risk yang lebih tinggi lagi kalau investasi utamanya juga tidak bisa kita ambil lagi karena perusahaan bangkrut

Maturity

Bond ini juga ada maturitynya atau habis temponya. ada yang short term dibawah 1 tahun, mid term 3- 5 tahunan atau long term sekitar 10 sampai 20 tahun. ada yang sampai selama lamanya (namanya perpetual bond) yang tidak ada maturity datenya.

Biasanya makin lama maturitynya, makin tinggi kuponnya, karena investor harus diberi kompensasi karena berpisah dari duit mereka lebih lama, (Bond tidak bisa diambil sebelum jangka waktu atau maturitynya habis) jad lebih besar opportunity costnya, dan risknya lebih besar, karena makin lama jangka waktunya makin susah diprediksi ekonomi kedepan.

Government Bond vs Corporate Bond

Ada dua tipe bond dari segi organisasi yang mengeluarkan surat hutang itu. Yang pertama pemerintah dan kedua perusahaan.

Tentunya surat hutang yang dijamin pemerintah lebih kecil risikonya dibanding surat hutang yang dijamin oleh perusahaan.

Credit Rating

Kita bisa melihat kapasitas pemerintah atau perusahaan yang mengeluarkan surat hutang itu dari segi credit rating yang biasa dikeluarkan oleh Moody atau Standard or Poor yang merupakan credit rating agency.

Credit Rating itu mencerminkan credit worthiness dari peminjam (pemerintah atau perusahaan yang mengeluarkan surat hutang tersebut).

Credit rating biasanya ditulis dengan abjad ABCD , dengan AAA (standard & poor) atau Aaa (Moodys) adalah credit rating paling tinggi dengan tingkat kemungkinan default pembayaran kupon paling rendah).

Bond dengan Credit Rating AAA sampai BBB- bisa dikategorikan sebagai investment grade bond. sedangkan dibawah BBB- bisa dikategorikan sebagai junk bond (higher risk).

Bagaimana cara taunya bond ini aman atau tidak selain dari credit rating?

kita bisa menganalisa financial statement seperti income statement , balance sheet dan cash flow statement sama seperti kita menganalisa saham karena dari situ kita bisa tahu keuntungan perusahaan , kuat nya balance sheet dan cash flow mereka untuk bisa membayar kupon bond kita.

Sayangnya untuk membeli bond terutama bond dari suatu perusahaan biasanya perlu biaya besar, 1 lot bond 100 000 USD biasanya. Jadi biasanya buat high networth investors atau institutional investors.

Kalau untuk ritel investors seperti kita kita ini , kita bisa beli Bond fund dari mutual fund atau bond ETF. apa itu ETF dan mutual fund? nanti kita bahas lebih lanjut di postingan yang akan datang.

Ritel investors bisa juga membeli bond milih pemerintah (Singapore Saving Bond) atau Bond Bank Indonesia.

Bond biasanya tidak bisa diambil sebelum masa berlaku (maturity) habis, Singapore Saving Bond adalah pengecualian. Investor bisa kapan saja mengambil Principal investmentnya sebelum maturity.

Asset class: Fixed Deposit

Reading time : 5 menit

Sekarang mari kita lanjutkan pembahasan kita tentang asset class yang sudah saya beberkan di part 1

Yang pertama dan paling kecil risknya adalah bunga deposito atau fix deposit. pastinya kita sudah sangat familiar dengan ini. saat kita ke bank pasti ada tulisan bunga deposito dengan jangka waktu tertentu seperti 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun. Makin lama jatuh temponya makin besar bunganya, karena namanya opportunity cost. Kita ga bisa gunakan uang kita lebih lama buat beli bubble tea atau beli pisang goreng selamat setahun ya kita berhak donk dapet imbalan yang lebih besar.

Sekedar mengingatkan in case ada yang tidak tahu, kalau bunga deposito yang tertera di tembok kantor cabang bank bank itu hitungannya per tahun ya. kalo 1 bulan 4 % ya berarti kalau kita deposito 1 juta berarti bunganya 4 % x 1 juta / 12 bulan gitu hitungannya. jangan lupa dibagi 12 kalau 1 bulan. kalau 4 % sebulan bank bisa jadi bank(rut)

berikut ini snap shot deposito beberapa bank per tanggal 20 Mei 2020

Fixed deposit ini termasuk kategori risko yang paling kecil karena ada asuransi sampai nilai deposito tertentu in case banknya lagi dalam krisis depositonya ga hilang.